Ayat-ayat terkait tentang produksi

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Produksi merupakan sebuah proses yang telah terlahir di muka bumi ini semenjak manusia menghuni planet ini. Menurut Dr. Muhammad Rawwas Qalahji kata “produksi” dalam bahasa Arab dengan kata al-Intaj yang secara harfiah dimaknai dengan ijadu sil’atin (mewjudkan atau mengadakan sesuatu) atau khidmatu mu’ayyanatin bi istikhdami muzayyajin min ‘anashir alintaj dhamina itharu zamanin muhaddadin (pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut adanya bantuan pengabungan unsurnsur produksi yang terbingkai dalam waktu yang terbatas).
Produksi menurut Kahf mendefenisikan kegiatan produksi dalam prespektif Islam sebagai usaha manusia untuk memperbaiki tidak hanya kondisi fisik materialnya, tetapi juga moralitas, sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup sebagaimana digariskan dalam agama Islam, yaitu kebahagian di dunia dan akhirat.
Dari dua pengertian di atas produksi adalah setiap bentuk aktivitas yang dilakukan mansia dengan cara mengeksplorasi sumber-sumber ekonomi yang disediakan Allah Swt untuk mewujudkan suatu barang dan jasa yang digunakan tidak hanya untuk kebutuhan fisik tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan non fisik, dalam artian yang lain produksi dimaksudkan untuk mencapai maslahah bukan hanya menciptakan materi.[1]
Produksi sangat prinsip bagi kelangsungan hidup dan juga peradaban manusia dan bumi. Sesungguhnya produksi lahir dan tumbuh dari menyatunya manusia dengan alam.[2] Kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi dan distribusi. Kegiatan produksilah yang menghasikan barang dan jasa, kemudian dikonsumsi oleh para konsumen. Tanpa produksi maka kegiatan ekonomi akan berhenti, begitu pula sebaliknya. Untuk menghasilkan barang dan jasa kegiatan produksi  melibatkan banyak faktor produksi. Fungsi produksi menggambarkan hubungan antar jumlah input dengan output yang dapat dihasilkan dalam satu waktu periode tertentu.[3] Dalam teori produksi memberikan penjelasan tentang perilaku produsen tentang perilaku produsen  dalam memaksimalkan keuntungannya maupun mengoptimalkan  efisiensi produksinya. Dimana Islam mengakui pemilikian pribadi  dalam batas-batas tertentu  termasuk[4] pemilikan alat produksi, akan tetapi hak tersebut tidak mutlak.
B.     Rumusan Masalah
Didalam makalah ini akan di bahas meliputi :
1.      Pengertian produksi
2.      Ayat-ayat terkait produksi
3.      Prinsip-prinsip produksi
4.      Tujuan produksi
5.      Factor-faktor produksi
6.      Etika produksi dalam islam
7.      Usaha produksi yang baik
8.      Modal dalam Alquran




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Produksi
Dr. Muhammad Rawwas Qalahji memberikan padanan kata “produksi” dalam bahasa Arab dengan kata al-intaj yang secara harfiyah dimaknai dengan ijadu sil’atin (mewujudkan atau mengadakan sesuatu) atau khidmatu mu’ayyanatin bi istikhdami muzayyajin min ‘anashir al-intaj dhamina itharu zamanin muhaddadin (pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut adanya bantuan pengabungan unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam waktu yang terbatas). Pandangan Rawwas di atas mewakili beberapa definisi yang ditawarkan oleh pemikir ekonomi lainnya.
Hal senada juga diutarakan oleh Dr. Abdurrahman Yusro Ahmad dalam bukunya Muqaddimah fi ‘Ilm al-Iqtishad al-Islamiy. Abdurrahman lebih jauh menjelaskan bahwa dalam melakukan proses produksi yang dijadikan ukuran utamanya adalah nilai manfaat (utility) yang diambil dari hasil produksi tersebut. Produksi dalam pandangannya harus mengacu pada nilai utility dan masih dalam bingkai nilai ‘halal’ serta tidak membahayakan bagi diri seseorang ataupun sekelompok masyarakat. Dalam hal ini, Abdurrahman merefleksi pemikirannya dengan mengacu pada Q.S An-Nahl: 69[5] “Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia”
Dari pendapat pendapat diatas penulis dapat mendefinisikan bahwa produksi menurut Al Quran adalah mengadakan atau mewujudkan sesuatu barang atau jasa yang bertujuan untuk kemaslahatan manusia
B.     Ayat-ayat terkait Produksi
1.      Surah Al-Nahl (16): 5-9
a.      Teks Ayat dan Terjemahnya
zO»yè÷RF{$#ur $ygs)n=yz 3 öNà6s9 $ygŠÏù Öäô$ÏŠ ßìÏÿ»oYtBur $yg÷YÏBur tbqè=à2ù's? ÇÎÈ   öNä3s9ur $ygŠÏù îA$uHsd šúüÏm tbqçt̍è? tûüÏnur tbqãmuŽô£n@ ÇÏÈ   ã@ÏJøtrBur öNà6s9$s)øOr& 4n<Î) 7$s#t/ óO©9 (#qçRqä3s? ÏmŠÉóÎ=»t/ žwÎ) Èd,ϱÎ0 Ä§àÿRF{$# 4 žcÎ) öNä3­/u Ô$râäts9 ÒOÏm§ ÇÐÈ   Ÿ@øsƒø:$#ur tA$tóÎ7ø9$#ur uŽÏJysø9$#ur $ydqç6Ÿ2÷ŽtIÏ9 ZpuZƒÎur 4 ß,è=øƒsur $tB Ÿw tbqßJn=÷ès? ÇÑÈ   n?tãur «!$# ßóÁs% È@Î6¡¡9$# $yg÷YÏBur ÖÍ¬!$y_ 4 öqs9ur uä!$x© öNà61yolm; šúüÏèuHødr& ÇÒÈ  
5. dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebahagiannya kamu makan.
6. dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan.
7. dan ia memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
8. dan (dia telah menciptakan) kuda, bagal[6] dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya.
9. dan hak bagi Allah (menerangkan) jalan yang lurus, dan di antara jalan-jalan
ada yang bengkok. dan Jikalau Dia menghendaki, tentulah Dia memimpin kamu semuanya (kepada jalan yang benar).
b.      Makna mufrodat
1)      O»yè÷RF{$#u,  yaitu binatang ternak. Al-an’am jamak dari kata al-na’am, yang semula digunakan secara khusus untuk (daging) unta. Unta itu disebut al-an’am, karena dalam pandangan mereka (bangsa Arab), dianggap sebagai nikmat yang paling besar (a’zhamu ni’matin). Namun demikian, sebutan al-an’am dalam perkembangan selanjutnya, digunakan untuk sebutan bagi hewan ternak, termasuk sapi, kerbau, dan kambing atau domba. Tidak akan pernah dikemukakan kata an’am itu sampai di dialamnnya termasuk sapi atau lembu (al-ibil).[7]
2)      äô$ÏŠ,  yaitu lawan dari kata al-bardu (dingin), artinya hangat atau panas dengan maksud menjadikan bulu-bulu hewan sebagai salah satu sarana penghangat atau pemanas.[8]
3)      ìÏÿ»oYtB,  yaitu jamak dari kata manfa’ah, yang berarti manfaat, berguna, faedah dan keuntungan.
4)      @øsƒø:$#u,  yaitu kuda, terutama kuda tunggangan yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
5)      A$tóÎ7ø9$#,  yaitu peranakan campuran antara kuda dan keledai yang juga berfungsi atau difungsikan sebagai sarana angkutan.
6)      ŽÏJysø9$#, yaitu keledai, terutama terkait dengan fungsinya sebagai alat angkut.
7)      ß È@Î6¡¡9$#óÁs%yaitu jalan yang dituju (jalan lurus), yaitu al-Islam.
8)      Í¬!$y_, yaitu menyimpang dari tujuan semula (Islam), mencari agama lain selain Islam.

c.       Makna Global
Secara umum, ayat diatas menggambarkan potensi dan manfaat sumber daya alam terutama yang berbentuk binatang ternak dengan berbagai manfaat dan nilai bagi manusia. Di antara manfaatnya adalah dimakan dagingnya, selain itu juga kulit, tulang dan bulunya, binatang ternak itu dahulu – bahkan sampai sekarang masih – berfungsi sebagai sarana transportasi dan alat angkut. Terutama dahulu sebelum zaman modern sekarang di mana sarana perhubungan dan sarana pengangkutan dilakukan dengan menggunakan alat-alat transportasi yang menggunakan kekuatan mesin. Terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu, manfaat dari sumber daya alam dalam bentuk hewan terutama hewan ternak itu. Di era modern, masih banyak binatang ternak khususnya kuda dan keledai yang dimanfaatkan sebagai sarana angkutan, termasuk di daerah-daerah wisata mancanegara. Tempat-tempat rekreasi terkenal di Tanah Air Indonesia sebagaimana dapat disaksikan di banyak tempat, jelas masih banyak yang menggunakan binatang ternak tertentu, khususnya kuda atau keledai sebagai alat tunggangan, baik langsung maupun tidak langsung seperti andong atau dokar, maupun kudanya itu sendiri. Demikian pula di luar negeri, termasuk di area Bukit Thur Sina di Mesir, beberapa objek wisata di Isfahan – Iran – maupun terutama Petra di Jordan yang belakangan dinobatkan ke dalam salah satu keajaiban dunia.
Disana, baik dibawah Bukit Thur Sina maupun terutama di jalan-jalan menuju Petra, masih berkeliaran kuda-kuda dan keledai-keledai tunggangan yang disewakan bagi para wisatawan mancanegara yang hendak mengunjungi tempat-tempat indah dan bersejarah, khususnya gua berikut pahatan-pahatan bebatuan kuno bekas tempat-tempat berteduh/berlindung penduduk setempat dahulu di masa-masa lalu yang tersebar di sejumlah perbukitan yang ada sebagaimana dilansir Al-quran, dan kini menjadi area rekreasi menarik yang dikunjungi wisatawan domestic maupun mancanegara. Apalagi setelah dinobatkan menjadi salah satu keajaiban dunia.
d.      Tafsir Ayat
zO»yè÷RF{$#ur $ygs)n=yz 3 öNà6s9 $ygŠÏù Öäô$ÏŠ ßìÏÿ»oYtBur $yg÷YÏBur tbqè=à2ù's? ÇÎÈ
Dia-lah Allah yang telah menciptakan binatang ternak – di antaranya unta, kuda, sapi, dan lembu – yang paling sering disebutkan dalam Alquran, semata-mata untuk kemaslahatan kamu (manusia). Dalam berbagai jenis binatang ternak itu ditemukan beberapa atau bahkan sejumlah (manfaat), di antaranya sebagai sarana penghangat atau pemanas di saat-saat mengalami kedinginan di musim dingin. Dunia tekstil telah lama memproduksi pakaian maupun alat-alat tidur yang terbuat dari bulu-bulu hewan. Di sinilah terletak hikmah dari penuturan Alquran yang dalam banyak hal benar-benar bersifat tafshili (rinci dan detail). Termasuk di dalamnya ayat yang menjelaskan perihal fungsi binatang yang semata-mata dagingnya, tetapi juga yang lain-lainnya sebagaimana terdapat dalam surah al-Nahl (16): 80 ketika menjelaskan kegunaan binatang.
ª!$#ur Ÿ@yèy_ /ä3s9 .`ÏiB öNà6Ï?qãç/ $YZs3y Ÿ@yèy_ur /ä3s9 `ÏiB ÏŠqè=ã_ ÉO»yè÷RF{$# $Y?qãç/ $ygtRqÿÏtGó¡n@ tPöqtƒ öNä3ÏY÷èsß tPöqtƒur öNà6ÏGtB$s%Î)   ô`ÏBur $ygÏù#uqô¹r& $ydÍ$t/÷rr&ur !$ydÍ$yèô©r&ur $ZW»rOr& $·è»tGtBur 4n<Î) &ûüÏm ÇÑÉÈ  
80. dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu onta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu).
Manfaat lain dari binatang ternak adalah kedudukannya sebagai pemasok konsumsi, seperti susu dan daging segar (hewan potong) untuk dikonsumsi. Lebih dari itu, tidaklah jarang manfaat lain dari binatang ternak adalah karena organ-organ tertentunya, seperti kulit atau bulu yang memiliki nilai seni tinggi, baik di saat-saat binatang itu masih hidup maupun sudah mati. Misalnya, pemanfaatan tulangnya untuk dijadikan barang-barang hiasan seperti tas tangan, ikat pinggang, dompet, dan lain-lain. Terlebih di zaman modern sekarang di mana perindustrian rumah tangga maupun kerajinan dan kesenian yang mengalami kemajuan pesat sedemikian rupa. Itulah pula di antara keunggulan Alquran menggunakan kata al-akl yang sinonim benar atau benar-benar sinonim dengan kata al-intifa’ (kemanfaatan/pemanfaatan) sebagaimana sudah dijelaskan panjang lebar pada bagian lain di dalam buku ini.
öNä3s9ur $ygŠÏù îA$uHsd šúüÏm tbqçt̍è? tûüÏnur tbqãmuŽô£n@ ÇÏÈ
Dan di dalam binatang-binatang tenak itu juga terdapat begitu banyak keindahan yang sangat menyenangkan dan mengasyikkan pemilik maupun penggembalanya, terutama tatkala mereka mengamat-amatinya dengan penuh penghayatan terhadap binatang-binatang ternak yang sehat, gemuk, berkulit bersih dan bersuara yang penuh isyarat dan makna. Meskipun dizaman modern ini telah teramat banyak sarana hiburan keluarga maupun masyarakat dengan melalui media elektronik dan lain-lainya, namun jenis tamasya atau hiburan dengan sarana binatang ternak, tetap saja menjadi salah satu bentuk hiburan yang tidak pernah dielakkan orang. Tamasya seperti ini, akan memberikan nilai tambah manakala dikelola sesuai dengan prinsip syariah, misalnya dengan mengedepankan wisata syar’i, rihlah syar’I, dan lain-lain. Juga sekaligus merupakan tantangan yang menjanjikan dan prospektif bagi para lulusan atau sarjana syariah yang penuh vitalitas dan kreatifitas untuk merealisasikan isi kandungan ayat-ayat konsumsi ini.
 ã@ÏJøtrBur öNà6s9$s)øOr& 4n<Î) 7$s#t/ óO©9 (#qçRqä3s? ÏmŠÉóÎ=»t/ žwÎ) Èd,ϱÎ0 Ä§àÿRF{$# 4 žcÎ) öNä3­/u Ô$râäts9 ÒOÏm§ ÇÐÈ
Dan kamu (manusia) menjadikan binatang ternak (berkaki empat) itu juga sebagai alat-alat angkut terutama dalam mengangkut barang-barang berat dalam jumlah banyak yang tidak mampu dipikul manusia. Terutama di masa-masa itu di saat-saat Alquran diturunkan, hampir atau bahkan seluruh ekspedisi perdagangan mulai dari domestic hingga mobilisasi ekspor-impor, hampir selalu dan semuanya mengandalkan alat-alat angkut hewan berkaki empat itu, khususnya untan disamping kuda dan yang lain-lainnya. Dahulu, bahkan sampai sekarang di daerah-daerah terpencil, masih tetap menggunakan sejumlah binatang berkaki empat sebagai sarana pengangkut barang-barang berat dan ekspor-impor yang mustahil bisa dipanggul oleh manusia dan belum bisa diangkut dengan menggunakan sarana angkutan bermesin atau bertenaga listrik seperti di zaman modern sekarang.
Semua manfaat binatang ternak – antara lain sebagai alat angkut barang-barang berat – itu semata-mata merupakan kasih saying Allah SWT. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Ÿ@øsƒø:$#ur tA$tóÎ7ø9$#ur uŽÏJysø9$#ur $ydqç6Ÿ2÷ŽtIÏ9 ZpuZƒÎur 4 ß,è=øƒsur $tB Ÿw tbqßJn=÷ès? ÇÑÈ
Dan diantara jenis binatang berkaki empat (al-an’am) itu adalah kuda, bagal, dan keledai, untuk difungsikan sebagai alat angkut barang-barang (muatan) ekspor-impor, di samping sebagai perhiasan, bahkan lebih dari itu Allah juga menciptakan binatang-binatang lain maupun fungsi-fungsi dari binatang itu yang tidak manusia ketahui. Maksudnya, Allah juga menciptakan sarana-sarana angkutan lainnya yang dahulu sama sekali tidak diduga-duga oleh manusia, seperti kemajuan alat-alat angkut raksasa zaman sekarang ini mulai dari sepeda motor, sampai mobil-mobil gandengan (tronton), kapal laut, pesawat, dan lain-lain yang menyebabkan angkutan ekspor-impor sampai mencapai jutaan ton dalam waktu yang relative singkat.

2.      Surah Al-Nahl (16): 65-69
a.      Teks Ayat dan Terjemahnya
ª!$#ur tAtRr& z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB $uômr'sù ÏmÎ/ uÚöF{$# y÷èt/ !$pkÌEöqtB 4 ¨bÎ) Îû y7Ï9ºsŒ ZptƒUy 5Qöqs)Ïj9 tbqãèyJó¡o ÇÏÎÈ   ¨bÎ)ur ö/ä3s9 Îû ÉO»yè÷RF{$# ZouŽö9Ïès9 ( /ä3É)ó¡S $®ÿÊeE Îû ¾ÏmÏRqäÜç/ .`ÏB Èû÷üt/ 7^ösù 5QyŠur $·Yt7©9 $TÁÏ9%s{ $Zóͬ!$y tûüÎ/̍»¤±=Ïj9 ÇÏÏÈ   `ÏBur ÏNºtyJrO È@ϨZ9$# É=»uZôãF{$#ur tbräÏ­Gs? çm÷ZÏB #\x6y $»%øÍur $·Z|¡ym 3 ¨bÎ) Îû y7Ï9ºsŒ ZptƒUy 5Qöqs)Ïj9 tbqè=É)÷ètƒ ÇÏÐÈ   4ym÷rr&ur y7/u n<Î) È@øtª[$# Èbr& ÉσªB$# z`ÏB ÉA$t6Ågø:$# $Y?qãç/ z`ÏBur Ìyf¤±9$# $£JÏBur tbqä©Ì÷ètƒ ÇÏÑÈ   §NèO Í?ä. `ÏB Èe@ä. ÏNºtyJ¨W9$# Å5è=ó$$sù Ÿ@ç7ß Å7În/u Wxä9茠4 ßlãøƒs .`ÏB $ygÏRqäÜç/ Ò>#uŽŸ° ì#Î=tFøƒC ¼çmçRºuqø9r& ÏmŠÏù Öä!$xÿÏ© Ä¨$¨Z=Ïj9 3 ¨bÎ) Îû y7Ï9ºsŒ ZptƒUy 5Qöqs)Ïj9 tbr㍩3xÿtGtƒ ÇÏÒÈ  
65. dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran).
66. dan Sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.
67. dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minimuman yang memabukkan dan rezki yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan.
68. dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia",
69. kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.
b.   Tafsir Ayat
Q.S An-Nahl: 65-69
Menurut Ahmad Mushtafa Al-Maroghi dalam tafsir Al-Maroghi, dalam ayat-ayat ini Allah menyajikan beberapa dalil tauhid, mengingat ia merupakan poros segala permasalahan di dalam agama Islam dan seluruh agama samawi. Maka diterangkan bahwa Dia telah menurunkan hujan dari langit agar dengan hujan itu bumi yang tadinya mati menjadi hidup, kemudian mengeluarkan susu dari binatang ternak, menjadikan khamar,cuka dan manisan dari anggur dan buah kurma, serta mengeluarkan madu dari lebah yang di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan manusia. Seiring dengan penjelasan itu, Allah menjelaskan bahwa Dia mengilhamkan kepada lebah agar membuat sarang dan mencari rezekinya dari segala penjuru bumi.

C.    Prinsip-prinsip Produksi
Beberapa prinsip yang diperhatikan dalam prduksi, antara lain dikemukakan Muhammad al-Mubarak, sebagai berikut:[9]
1.      Dilarang memproduksi dan memperdagangkan komoditas yang tercela karena bertentangan dengan syariah.
2.      Di larang melakukan kegiatan produksi yang mengarah kepada kedzaliman.
3.      Larangan melakukan ikhtikar (penimbunan barang).
4.      Memelihara lingkungan
Di bawah ini ada beberapa implikasi mendasar  bagi kegiatan produksi dan perekonomian secara keseluruhan, antara lain :
1.      Seluruh kegiatan produksi  terikat pada tataran nilai moral dan teknikal yang Islami[10]
2.      Kegiatan produksi harus memperhatikan aspek sosial-kemasyarakatan
3.      Permasalahan ekonomi  muncul bukan saja karena kelangkaan tetapi lebih kompleks.[11]
D.    Tujuan Produksi
Menurut Nejatullah ash-Shiddiqi, tujuan produksi sebagai berikut:[12]
1.      Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu secara wajar
2.      Pemenuhan kebutuhan keluarga
3.      Bekal untuk generasi mendatang
4.      Bantuan kepada masyarakat dalam rangka beribadah kepada Allah.
E.     Faktor-faktor Produksi[13]
1.      Tanah dan segala potensi ekonomi di anjurkan al-Qur’an untuk di olah dan tidak dapat dipisahkan dari proses produksi.
2.      Tenaga kerja terkait langsung dengan tuntutan hak milik melalui produksi.
3.      Modal, manajemen dan tekhnologi.
F.     Etika Produksi dalam Islam
Etika dalam berproduksi yaitu sebagai berikut:[14]
1.      Peringatan Allah akan kekayaan alam.[15]
2.      Berproduksi dalam lingkaran yang Halal. Sendi utamanya dalam berproduksi adalah bekerja, berusaha bahkan dalam proses yang memproduk barang dan jasa yang toyyib, termasuk dalam menentukan target yang harus dihasilkan dalam berproduksi.
3.      Etika mengelola sumber daya alam dalam berproduksi dimaknai sebagai proses menciptakan kekayaan dengan memanfaatkan sumber daya alam harus bersandarkan visi penciptaan alam ini dan seiring dengan visi penciptaan manusia yaitu sebagai rahmat bagi seluruh alam.
4.      Etika dalam berproduksi memanfaatkan kekayaan alam juga sangat tergantung dari nilai-nilai sikap manusia, nilai pengetahuan, dan keterampilan. Dan bekerja sebagai sendi utama produksi yang harus dilandasi dengan ilmu dan syari’ah islam.
5.      Khalifah di muka bumi tidak hanya berdasarkan pada aktivitas menghasilkan daya guna suatu barang saja melainkan Bekerja dilakukan dengan motif kemaslahatan untuk mencari keridhaan Allah Swt.
Namun secara umum etika dalam islam tentang muamalah Islam, maka tampak jelas dihadapan kita empat nilai utama, yaitu rabbaniyah, akhlak, kemanusiaan dan pertengahan. Nilai-nilai ini menggambarkan kekhasan (keunikan) yang utama bagi ekonomi Islam, bahkan dalam kenyataannya merupakan kekhasan yang bersifat menyeluruh yang tampak jelas pada segala sesuatu yang berlandaskan ajaran Islam. Makna dan nilai-nilai pokok yang empat ini memiliki cabang, buah, dan dampak bagi seluruh segi ekonomi dan muamalah Islamiah di bidang harta berupa produksi, konsumsi, sirkulasi, dan distribusi.
G.    Usaha Produksi yang baik
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”
kata “yang baik” itu menurut keterangan jamaah adalah yang halal. Menurut keterangan jumhur yang terbaik diantara sebagian hasil usaha yang telah kamu dapat. Dari ayat ini dapat di istinbatkan hukum yaitu berusaha itu adalah satu pekerjaan yang boleh dikerjakan,bukan diwajibkan. Meriwayatkan Bhukhori dari hadis misdan Nabi Muhammad bersabda, Tidak ada makanan yang paling baik yang dimakan oleh seseorang selain daripada yang diusahakan oleh tangannya sendiri.
Selain dari usaha tangan, juga dibolehkan usaha pertambangan, seperti mengeluarkan barang barang logam dan mineral dari tanah,atau bertindak sebagai petani. Itulah yang dimaksud oleh firman Alloh, “dari apa apa yang telah kami keluarkan dari dalam bumi untukmu” sangat pantas Imam Syafi’i mengatakan bahwa usaha yang paling baik adalah dari pertanian. Artinya langsung dari bumi.
H.    Modal dalam Al Qur’an
Dalam pandangan Al qur’an, uang merupakan modal serta salah satu faktor produksi yang penting, tapi bukan yang terpenting. Manusia menduduki tempat diatas modal disusul dengan sumber daya alam. Modal tidak boleh diabaikan,manusia berkewajiban menggunakannya agar terus produktif dan tidak habis digunakan. Karena itu seoarang wali yang menguasai harta orang orang yang tidak atau belum mampu mengurus hartanya agar mengembangkan harta yang berada di dalam kekuasaanya dan membiayai kebutuhan pemiliknya yang tidak mampu itu,dari keuntungan perputaran modal,bukan dari pokok modal. Ini di pahami dari redaksi surat An Nisa ayat 5:
Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.”
Orang yang belum sempurna akalnya ialah anak yatim yang belum balig atau orang dewasa yang tidak dapat mengatur harta bendanya.
























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
produksi menurut Al Quran adalah mengadakan atau mewujudkan sesuatu barang atau jasa yang bertujuan untuk kemaslahatan manusia
Etika dalam berproduksi yaitu sebagai berikut:
1.      Peringatan Allah akan kekayaan alam.
2.      Berproduksi dalam lingkaran yang Halal.
3.      Etika mengelola sumber daya alam
4.      Etika dalam berproduksi harus dilandasi dengan ilmu dan syari’ah islam.
Manusia menduduki tempat diatas modal disusul dengan sumber daya alam. Modal tidak boleh diabaikan,manusia berkewajiban menggunakannya agar terus produktif dan tidak habis digunakan.
Dan didalam produksi haruslah dengan usaha yang baik, sebagaimana firman Allah SWT :
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”












DAFTAR PUSTAKA

A production function dewscribes the relationship between the quantity of output obtainable per period on time, lihat di Arthur Thompson and John, Formby, Economics of the Firm : Theory and practice, (New Jersey : Prentice Hall, 1993)
Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada), 2007
Ahmad al-haritsi, fikih ekonomi umar
Al-Raghib Al-Ashfahani, Mu’jam Mufrodat li Alfazh al-Qur’an
Faisal Badroen, dkk. 2005. Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta: UIN Jakarta Press.
Hendrie Anto, Pengantar Ekonomika Mikro Islami, (Yogyakarta : Jalasutra), 2003
Mawardi, M.Si, Ekonomi Islam, (Pekanbaru: Alaf Riau: 2007)
Metwally, Teori dan Model Ekonomi Islam, (Jakarta : PT. Bangkit Daya Insana), 1995




[1] Ahmad al-haritsi, fikih ekonomi umar, hlm. 37
[2] Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada), 2007, hal.102

[3] A production function dewscribes the relationship between the quantity of output obtainable per period on time, lihat di Arthur Thompson and John, Formby, Economics of the Firm : Theory and practice, (New Jersey : Prentice Hall, 1993)
[4] Metwally, Teori dan Model Ekonomi Islam, (Jakarta : PT. Bangkit Daya Insana), 1995, hal. 4
[5] §NèO Í?ä. `ÏB Èe@ä. ÏNºtyJ¨W9$# Å5è=ó$$sù Ÿ@ç7ß Å7În/u Wxä9茠4 ßlãøƒs .`ÏB $ygÏRqäÜç/ Ò>#uŽŸ° ì#Î=tFøƒC ¼çmçRºuqø9r& ÏmŠÏù Öä!$xÿÏ© Ä¨$¨Z=Ïj9 3 ¨bÎ) Îû y7Ï9ºsŒ ZptƒUy 5Qöqs)Ïj9 tbr㍩3xÿtGtƒ ÇÏÒÈ  

[6] Bagal Yaitu peranakan kuda dengan keledai.
[7] Al-Raghib Al-Ashfahani, Mu’jam Mufrodat li Alfazh al-Qur’an, hlm. 57.
[8] Ibid., hlm. 172.
[9] Mawardi, M.Si, Ekonomi Islam, (Pekanbaru: Alaf Riau: 2007), hlm 65-67

[10] Hendrie Anto, Pengantar Ekonomika Mikro Islami, (Yogyakarta : Jalasutra), 2003, hal. 156
[11] Ibid., hal. 157-158
[12] Mawardi, M.Si, op.cit. hlm. 67-68
[13] Ibid, hlm 69-72
[14] Faisal Badroen, dkk. 2005. Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta: UIN Jakarta Press.
[15] QS. al-Qashash ayat 77. dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Comments