Filsafat Barat Abad Pertengahan




Masa Patristik dan Masa Skolastik
1. Pendahuluan
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Kami memuji, memohon pertolongan dan ampunan serta perlindungan kepada-Nya dari kejahatan jiwa dan keburukan amal perbuatan. Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah SWT, tak seorang pun dapat menyesatkannya dan barang siapa disesatkan-Nya, tak seorang pun dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Sehubungan dengan tugas mata kuliah Filsafat Umum, kami telah menyelesaikan makalah yang berjudul Filsafat Barat Abad Pertengahan, Masa Patristik dan Skolastik.
Makalah ini disusun dengan mengacu kepada referensi-referensi yang ada, dengan susunan isi makalah antara lain :
1. : Pendahuluan
2. : Filsafat Barat Abad Pertengahan
3. : Masa Patristik
3.1. Justinus Martir
3.2. Klemens
3.3. Tertullianus
3.4. Augustinus
4. : Masa Skolastik
4.1. Skolastik Awal
4.2. Skolastik Puncak
4.3. Skolastik Akhir
4.4. Skolastik Arab (Islam)
5. : Kesimpulan
6. : Daftar Pustaka
2. Filsafat Barat Abad Pertengahan
Filsafat Yunani mengalami kemegahan dan kejayaannya dengan hasil yang sangat gemilang, yaitu melahirkan peradaban Yunani. Menurut pandangan sejarah filsafat, dikemukakan bahwa peradaban Yunani merupakan titik tolak peradaban manusia di dunia. Maka pandangan sejarah filsafat dikemukakan manusia di dunia. Giliran selanjutnya adalah warisan peradaban Yunani jatuh ke tangan ke­kuasaan Romawi[1] Kekuasaan Romawi memperlihatkan kebesaran dan kekuasaannya hingga daratan Eropa (Britania), tidak ketinggalan pula pemikiran filsafat Yunani juga ikut terbawa. Hal ini berkat peran Caesar Augustus yang mencipta masa keemasan kesusastraan Latin, kesenian, dan arsitektur Romawi[2].
Setelah filsafat Yunani sampai ke daratan Eropa, di sana menda­patkan lahan baru dalam pertumbuhannya.Karena bersamaan dengan agama Kristen, filsafat Yunani berintegrasi dengan agama Kristen, sehingga membentuk suatu formulasi baru. Maka, muncullah filsafat Eropa yang sesungguhnya sebagai penjelmaan filsafat Yunani setelah berintegrasi dengan agama Kristen.
Di dalam masa pertumbuhan dan perkembangan filsafat Eropa (kira-kira selama 5 abad) belum memunculkan ahli pikir (filosof), akan tetapi setelah abad ke-6 Masehi, barulah muncul para ahli pikir yang mengadakan penyelidikan filsafat. jadi, filsafat Eropa yang me­ngawali kelahiran filsafat barat abad pertengahan.
Kekuatan pengaruh Antara filsafat Yunani dengan agama Kristen dikatakan seimbang. Apabila tidak seimbang pengaruhnya, maka tidak mungkin berintegrasi membentuk suatu formula baru. Walaupunagama Kristen relatif masih baru keberadaannya, tetapi pada saat itu muncul anggapan yang sama terhadap filsafat Yunani ataupu
n agama Kristen. Anggapan pertama, bahwa Tuhan turun ke bumi (dunia) dengan membawa kabar baik bagi umat manusia. Kabar baik tersebut berupa firman Tuhan yang dianggap sebagai sumber kebijaksanaan yang sempurna dan sejati. Anggapan kedua, bahwa walaupun orang­orang telah mengenal agama baru, tetapi juga mengenal filsafat Yunani yang dianggap sebagai sumber kebijaksanaan yang tidak diragukan lagi kebenarannya.
Dengan demikian, di benua Eropa filsafat Yunani akan tumbuh dan berkembang dalam suasana yang lain. Filsafat Eropa merupakan sesuatu yang baru, suatu formulasi baru, pohon filsafat masih yang lama (dari Yunani), tetapi tunas yang baru (karena pengaruh agama Kristen) memungkinkan perkembangan dan pertumbuhan yang rindang[3].
Filsafat Barat Abad Pertengahan (476 - 1492) juga dapat dikata­kan sebagai "abad gelap". Pendapat ini didasarkan pada pendekatan sejarah gereja. Memang pada saat itu tindakan gereja sangat mem­belenggu kehidupan manusia sehingga manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Para ahli pikir pada saat itu pun tidak memiliki kebebasan berpikir. Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja, orang yang mengemukakannya akan mendapatkan hukuman berat. Pihak gereja melarang diadakannya penyelidikan­-penyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama. Karena itu, kajian terhadap agama/teologi yang tidak berdasarkan ketentuan gereja akan mendapatkan larangan yang ketat. Yang berhak mengadakan penye­lidikan terhadap agama hanyalah pihak gereja. Walaupun demikian, ada juga yang melanggar larangan tersebut dan mereka dianggap orang murtad dan kemudian diadakan pengejaran (inkuisisi). Pengejaran terhadap orang-orang murtad ini mencapai puncaknya pada saatPaus Innocentius III di akhir abad XII, dan yang paling berhasil dalam pe­ngejaran orang-orang murtad ini di Spanyol.
Ciri-ciri pemikiran filsafat barat abad Pertengahan adalah:
 cara berfilsafatnya clipimpin oleh gereja;
 berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles;
 berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.[4]
Masa Abad Pertengahan ini juga dapat dikatakan sebagai suatu masa yang penuh dengan upaya menggiring manusia ke dalam kehi­dupan/sistem kepercayaan yang picik dan fanatik, dengan menerimaajaran gereja secara membabi buta. Karena itu perkembangan ilmu pengetahuan terhambat. Masa ini penuh dengan dominasi gereja, yang tujuannya untukmembimbing umat ke arah hidup yang saleh. Namun, di sisi lain, dominasi gereja ini tanpa memikirkan martabat dan kebebasan manu­sia yang mempunyai perasaan, pikiran, keinginan, dan cita-cita untuk menentukan masa depannya sendiri.
Masa Abad Pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu: masa Patristik dan masa Skolastik. Masa Skolastik terbagi menjadi: Skolastik Awal, Skolastik Puncak, dan Skolastik Akhir.
3. Masa Patristik
Istilah Patristik berasal dari kata Latin pater atau bapak, yang artinya para pemimpin gereja. Para pemimpin gereja ini dipilih dari golongan atas atau golongan ahli pikir. Dari golongan ahli pikir inilah menimbulkan sikap yang beragam pemikirannya. Mereka ada yang menolak filsafat Yunani dan ada yang menerimanya.
Bagi mereka yang menolak, alasannya karena beranggapan bahwa sudah mempunyai sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, dan tidak dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran yang lain seperti dari filsafat Yunani. Bagi mereka yang menerima sebagai alasannya ber­anggapan bahwa walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, tetapi tidak ada jeleknya menggunakan filsafat Yunani hanya diambil metodosnya saja (tata cara berpikir). Juga, walaupun filsafat Yunani sebagai kebenaran manusia, tetapi manusia juga sebagai ciptaan Tuhan. Jadi, memakai/menerima filsafat Yunani diperbolehkanselama dalam hal-hal tertentu tidak bertentangan dengan agama.
Perbedaan pendapat tersebut berkelanjutan, sehingga orang-­orang yang menerima filsafat Yunani menuduh bahwa mereka (orang‑orang Kristen yang menolak filsafat Yunani) itu munafik. Kemudian, orang-orang yang dituduh munafik tersebut menyangkal, bahwatuduhan tersebut dianggap fitnah. Dan pembelaan dari orang-orang yang menolak filsafat Yunani mengatakan bahwa dirinyalah yang benar-benar hidup sejalan dengan Tuhan.
Akibatnya, muncul upaya untuk membela agama Kristen, yaitupara apologis (pembela iman Kristen) dengan kesadarannya membela iman Kristen dari serangan filsafat Yunani. Parapembela iman Kristen tersebut adalah Justinus Martir, Irenaeus, Klemens, Origenes, Gregorius Nissa, Tertullianus, Diosios Arepagos, Au-relius Augustinus.
3.1. Justinus Martir
Nama aslinya Justinus, kemudian nama Martir diambil dari istilah "orang-orang yang rela mati hanya untuk kepercayaannya". Menurut pendapatnya, agama Kristen bukan agama barn karena Kristen lebih tua dari filsafat Yunani, dan Nabi Musa dianggap seba­gai awal kedatangan Kristen. Padahal, Musa hidup sebelum Socrates dan Plato.
Socrates dan Plato sendiri sebenarnya telah menurunkan hikmahnya dengan memakai hikmah Musa. Selanjutnya dikatakan bahwa filsafat Yunani itu mengambil dari kitab Yahudi. Pandangan ini didasarkan bahwa Kristus adalah logos. Dalam mengembangkan aspek logosnya ini orang-orang Yunani (Socrates, Plato dan lain-lain) kurang memahami apa yang terkandung dan memancar dari logos­nya, yaitu pencerahan sehingga orang-orang Yunani dapat dikatakan menyimpang dari ajaran murni. Mengapa mereka menyimpang? Karena orang-orang Yunani terpengaruh oleh demon atau setan.Demon atau setan tersebut dapat mengubah pengetahuan yang benar kemudian dipalsukan. Jadi, agama Kristen lebih bermutu dibanding dengan filsafat Yunani. Demikian pembelaan
3.2. Klemens (150 - 215)
Ia juga termasuk pembela Kristen, tetapi ia tidak membenci fil­safat Yunani. Pokok-pokok pikirannya adalah sebagai berikut:
 memberikan batasan-batasan terhadap ajaran Kristen untuk mempertahankan diri dari otoritas filsafat Yunani;
 memerangi ajaran yang anti terhadap Kristen dengan menggu­nakan filsafat Yunani;
 bagi orang Kristen, filsafat dapat dipakai untuk membela iman Kristen, dan memikirkan secara mendalam.
3.3. Tertullianus (160 - 222)
Ia dilahirkan bukan dari keluarga Kristen, tetapi setelah melak­sanakan pertobatan ia menjadi gigih membela Kristen secara fanatik. Ia menolak kehadiran. filsafat Yunani karena filsafat dianggap sesuatu yang tidak perlu. Baginya berpendapat, bahwa wahyu Tuhan suclahlah cukup. Tidak ada hubungan antara teologi dengan filsafat, tidak ada hubungan antara Yerussalem (pusat agama) dengan Yunani (pusat filsafat), tidak ada hubungan antara gereja dengan akademi, ticlak ada hubungan antara Kristen dengan penemuan bare.
Selanjutnya ia mengatakan bahwa dibanding dengan cahaya Kristen, segala yang dikatakan oleh para filosof Yunani dianggap tidak penting. Apa yang dikatakan oleh para filosof Yunani tentang kebenaran pada hakikatnya sebagai kutipan dari kitab Suci. Akan tetapi karena kebodohan para filosof, kebenaran kitab suci tersebut dipalsukan.
Akan tetapi lama kelamaan, Tertullianus akhirnya menerima juga filsafat Yunani sebagai cara berpikir yang rasional. Alasannya, bagai­manapun juga berpikir yang rasional diperlukan sekali. Pada saat itu, karena pemikiran filsafat yang diharapkan ticlak dibakukan, saat itu filsafat hanya mengajarkan pemikiran-pemikiran ahli pikir Yunani saja, sehingga, akhirnya Tertullianus melihat filsafat hanya dimensi praktis­nya saja, dan ia menerima filsafat sebagai cara atau metode berpikir untuk memikirkan kebenaran keberadaan Tuhan beserta sifat-sifatnya.
3.4. Augustinus (354 - 430)
Sejak muclanya ia telah mempelajari bermacam-macam aliran filsafat, antara lain Platonisme dan Skeptisisme. Ia telah diakui ke­berhasilannya dalam membentuk filsafat Kristen yang berpengaruh besar dalam filsafat abad pertengahan sehingga ia dijuluki sebagai guru skolastik yang sejati. Ia seorang tokoh besar di bidang teologi dan filsafat.
Setelah mempelajari aliran Skeptisisme, ia kemudian tidak menyetujui atau menyukainya, karena di dalamnya terdapat perten­tangan batiniah. Orang dapat meragukan segalanya, tetapi orang tidak dapat meragukan bahwa ia ragu-ragu. Seseorang yang ragu-ragu sebenarnya ia berpikir clan seseorang yang berpikir sesungguhnya ia berada (eksis).
Menurut pendapatnya, daya pemikiran manusia ada batasnya, tetapi pikiran manusia dapat mencapai kebenaran dan kepastian yang tidak ada batasnya, yang bersifat kekal abadi. Artinya, akal pikir ma­nusia dapat berhubungan dengan sesuatu kenyataan yang lebih tinggi.
Akhirnya, ajaran Augustinus berhasil menguasai sepuluh abad, dan mempengaruhi pemikiran Eropa.Perlu diperhatikan bahwa para pemikir Patristik itu sebagai pelopor pemikiran skolastik. Mengapa ajaran Augustinus sebagai akal dari skolastik dapat mendominasi hampir sepuluh abad? Karena ajarannya lebih bersifat sebagai metode daripada suatu sistem sehingga ajarannya mampu meresap sampai masa skolastik.
4. Masa Skolastik
Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kataschool, yang berarti sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkait­an dengan sekolah. Perkataan skolastik merupakan corak khas dari sejarah.filsafat abad pertengahan.
Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolastik, sebagai berikut.
a. Filsafat Skolastik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-­mata agama. Skolastik ini sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius.
b. Filsafat Skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berpikir, sifat ada, kejasmanian, kerohanian, baik buruk. Dari rumusan tsb kemudian muncul istilah skolastik Yahudi, sko­lastik Arab dll.
c. Filsafat Skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam kodrat, akan dimasukkan ke dalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara kepercayaan dan akal.
d. Filsafat Skolastik adalah filsafat Nasrani karena banyak dipe­ngaruhi oleh ajaran gereja.[5]
Filsafat Skolastik ini dapat berkembang dan tumbuh karena be­berapa faktor berikut :
Faktor Religius
Faktor religius dapat mempengaruhi corak pemikiran filsafatnya. Yang dimaksud dengan faktor religius adalah keadaan lingkungan saat itu yang berperikehidupan religius. Mereka beranggapan bahwa hidup di dunia ini suatu perjalanan ke tanah suci Yerussalem, dunia ini bagaikan negeri asing dan sebagai tempat pembuangan limbah air mata saja (tempat kesedihan). Sebagai dunia yang menjadi tanah airnya adalah surga. Manusia tidak dapat sampai ke tanah airnya (surga) dengan kemampuannya sendiri, sehingga harus ditolong. Karena manusia itu menurut sifat kodratnya mempunyai cela atau kelemahan yang dilakukan (diwariskan) oleh Adam, mereka juga berkeyakinan bahwa Isa anak Tuhan berperan sebagai pembebas dan pemberi bahagia. la akan memberi pengampunan sekaligus meno­longnya. Maka, hanya dengan jalan pengampunan inilah manusia dapat tertolong agar dapat mencapai tanah airnya (surga). Anggapan dan keyakinan inilah yang dijadikan dasar pemikiran filsafatnya.[6]
Faktor Ilmu Pengetahuan
Pada saat itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran yang diupayakan oleh biara-biara, gereja, ataupun dari keluarga istana. Kepustakaannya diambilkan dari para penulis Latin, Arab (Islam), dan Yunani.
Masa Skolastik terbagi menjadi tiga periode, yaitu:
1. Skolastik Awal, berlangsung dari tahun 800-1200 M;
2. Skolastik Puncak, berlangsung dari tahun 1200-1300 M;
3. Skolastik Akhir, berlangsung dari tahun 1300-1450 M.
4.1. Skolastik Awal
Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat Patristik mulai merosot, terlebih lagi pada abad ke-6 dan 7 dikatakan abad kacau. Hal ini disebabkan pada saat itu terjadi serangan terhadapRomawi sehingga kerajaan Romawi beserta peradabannya ikut runtuh yang telah dibangun selama berabad-abad.[7]
Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan berada di bawah Karel Agung (742 - 814)[8] dapat memberikan suasana ketenangan dalam bidang politik, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, termasuk kehi­dupan manusia serta pemikiran filsafat yang semuanya menampak­kan mulai adanya kebangkitan. Kebangkitan inilah yang merupakan kecemerlangan abad pertengahan, di mana arah pemikirannya berbeda sekali dengan sebelumnya.
Saat ini merupakan zaman baru bagi bangsa Eropa. Hal ini ditan­dai dengan skolastik yang di dalamnya banyak diupayakan pengem­bangan ilmu pengetahuan di sekolah-sekolah. Pada mulanya skolastik ini timbul pertama kalinya di biara Italia Selatan dan akhirnya sampai berpengaruh ke Jerman dan Belanda.
Kurikulum pengajarannya meliputi studi duniawi atauarses liberales, meliputi tata bahasa, retorika, dialektika (Seni berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan, dan musik. Di antara tokoh-tokohnya adalah Aquinas (735-805), Johannes Scoter Eriugena (815 - 870), Peter Lombard (1100 - 1160), John Salis­bury (1115 - 1180), Peter Abaelardus (1079 - 1180).
Peter Abaelardus (1079 - 1180)
Ia dilahirkan di Le Pallet, Prancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan pandangannya sangat tajam sehingga Bering kah bertengkar dengan para ahli pikir dan pejabat gereja. Ia termasuk orang konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastra romantik, sekaligus sebagai rasionalistik, artinya peranan akal dapat menundukkan ke­kuatan iman. Iman harus mau didahului akal. Yang harus dipercayaadalah apa yang telah disetujui atau dapat diterima oleh akal.
Berbeda dengan Anselmus yang mengatakan bahwa berpikir harus sejalan dengan iman, Abaelardus memberikan alasan bahwa berpikir itu berada di luar iman (di luar kepercayaan). Karena itu ber­pikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan metode dialektika yang tanpa ragu-ragu ditunjukkan dalam teologi, yaitu bahwa teologi harus memberikan tempat bagi semua bukti­bukti. Dengan demikian, dalam teologi itu iman hampir kehilangan tempat. Ia mencontohkan, seperti ajaran Trinitas juga berdasarkan pada bukti-bukti, termasuk bukti dalam wahyu Tuhan.[9]
4.2. Skolastik Puncak
Masa ini merupakan kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahun 1200 - 1300 dan masa ini juga disebut masa berbunga. Masa itu ditandai dengan munculnya universitas-universitas dan ordo-ordo,yang secara bersama-sama ikut menyelenggarakan atau memajukan ilmu pengetahuan, juga peranan universitas sebagai sumber/pusat ilmu dan kebudayaan.
Berikut ini beberapa faktor mengapa masa skolastik mencapai pada puncaknya.
a. Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke-12 sehingga sampai abad ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
b. Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Prancis. Univer­sitas ini merupakan gabungan dari beberapa sekolah. Almamater inilah sebagai awal (embrio) berdirinya Universitas di Paris, di Oxford, di Mont Pellier, di Cambridge dan lain-lainnya.
c. Berdirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan sehinggamenimbulkan dorongan yang kuat untuk memberikan suasana yang semarak pads abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh terha­dap kehidupan kerohanian di mana kebanyakan tokoh-tokohnya memegang peran di bidang filsafat dan teologi, seperti Albertus de Grote, Thomas Aquinas, Binaventura, J.D. Scotus, William Ocham.
4.2.1. Upaya Kristenisasi Ajaran Aristoteles
Pada mulanya hanya sebagian ahli pikir yang membawa dan meneruskan ajaran Aristoteles, akan tetapi upaya ini mendapatkan perlawanan dari Augustinus. Hal ini disebabkan oleh adanya suatu anggapan bahwa ajaran Aristoteles yang mulai dikenal pads abad ke-12 telah diolah dan tercemar oleh ahli pikir Arab (Islam). Hal ini dianggap sangat membahayakan ajaran Kristen. Keadaan yang demi­kian ini bertolak belakang bahwa ajaran Aristoteles masih diajarkan di fakultas-fakultas, bahkan dianggapnya sebagai pelajaran yang pen­ting dan hares dipelajari.
Untuk menghindari adanya pencemaran tersebut di atas (dari ahli pikir Arab atau Islam), Albertus Magnus dan Thomas Aquinassengaja menghilangkan unsur-unsur atau selipan dari Ibnu Rusyd, dengan menerjemahkan langsung dari bahasa Latinnya. Juga, bagian-­bagian ajaran Aristoteles yang bertentangan dengan ajaran Kristen diganti dengan teori-teori barn yang bersumber pada ajaran Aristo­teles dan diselaraskan dengan ajaran Kristen. Langkah terakhir, dari ajaran Aristoteles telah diselaraskan dengan ajaran ilmiah (suatusintesis antara kepercayaan dan akal).
Upaya Thomas Aquinas ini sangat berhasil dengan terbitnya sebuah buku Summa Theologise dan sekaligus merupakan bukti bahwa ajaran Aristoteles telah mendapatkan kemenangan dan sangat mem­pengaruhi seluruh perkembangan skolastik.
4.2.2. Albertus Magnus (1203- 1280)
Di samping sebagai biarawan, Albertus Magnus[10] juga dikenal sebagai cendekiawan abad pertengahan. Ia lahir dengan nama Albert von Bollstadt yang juga dikenal sebagai "doktor universalis" dan "doktor magnus", kemudian bernama Albertus Magnus(Albert the Great). Ia mempunyai kepandaian luar biasa. Di universitas Padua iabelajar antes liberates, ilmu-ilmu pengetahuan slam, kedokteran, fil­safat Aristoteles, belajar teologi di Bulogna, dan masuk ordo Domi­nican tahun 1223, kemudian masuk ke Koln menjadi dosen filsafat dan teologi.
Terakhir ia diangkat sebagai uskup agung. Pola pemikirannya meniru Ibnu Rusyd dalam menulis tentang Aristoteles. Dalam bidang ilmu pengetahuan, ia mengadakan penelitian dalam ilmu biologi dan ilmu kimia.[11]
4.2.3. Thomas Aquinas (1225-1274)
Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas, yang artinya Thomas yang suci dari Aquinas. Di samping sebagai ahli pikir, ia juga seorang dokter gereja bangsa Italia. Ia lahir di Rocca Secca, Napoli, Italia. Ia merupakan tokoh terbesar Skolastisisme, salah seorang suci gereja Katolik Romawi dan pendiri aliran yang dinyatakan menjadifilsafat resmi gereja Katolik. Tahun 1245 belajar pada Albertus Magnus. Pads tahun 1250 ia menjadi guru besar dalam ilmu agama di Prancis dan tahun 1259 menjadi guru besar dan penasihat istana Paus.[12]
Karya Thomas Aquinas telah menandai taraf yang tinggi dari aliran Skolastisisme pada abad pertengahan.
Ia berusaha untuk membuktikan bahwa iman Kristen secara penuh dapat dibenarkan dengan pemikiran logis. Ia telah menerima pemikiran Aristoteles sebagai otoritas tertinggi tentang pemikirannya yang logis.
Menurut pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari Tuhan. Kebenaran diungkapkan dengan jalan yang berbeda-beds, sedangkan iman berjalan di luar jangkauan pemikiran. Ia mengimbau agar orang­orang untuk mengetahui hukum alamiah (pengetahuan) yang ter­ungkap dalam kepercayaan. Tidak ads kontradiksi antara pemikiran dan iman. Semua kebenaran mulai timbul secara ketuhanan walau­pun iman diungkapkan lewat beberapa kebenaran yang berada di luar kekuatan pikir.
Thomas telah menafsirkan pandangan bahwa Tuhan sebagai Tukang Boyong yang tidak berubah dan yang tidak berhubungan de­ngan atau tidak mempunyai pengetahuan tentang kejahatan-kejahatan di dunia. Tuhan tidak pernah mencipta dunia, tetapi zat dan pemikir­annya tetap abadi.[13]
Selanjutnya ia katakan bahws iman lebih tinggi dan berada di luar pemikiran yang berkenaan sifat Tuhan dan alam semesta. Timbulnya pokok persoalan yang aktual dan praktis dari gagasannya adalah "pemikirannya dan kepercayaannya telah menemukan kebenaran mutlak yang harus diterima oleh orang-orang lain". Pandangannya inilah yang menjadikan perlawanan kaum Protestan karena sikapnya yang otoriter.
Thomas sendiri menyadari bahwa tidak dapat menghilangkan unsur-unsur Aristoteles. Bahkan ia menggunakan ajaran Aristoteles, tetapi sistem pemikirannya berbeda. Masuknya unsur Aristoteles ini didorong oleh kebijakan pimpinan gereja Paus Urbanus V (1366) yang memberikan angin segar untuk kemajuan filsafat. Kemudian Thomas mengadakan langkah-langkah sebagai berikut :
Langkah pertamaThomas menyuruh teman sealiran Willem van Moerbeke untuk membuat terjemahan baru yang langsung dari Yunani. Hal ini untuk melawan Aristotelianisme yang berorientasi pada Ibnu Rusyd, dan upaya ini mendapat dukungan dari Siger van Brabant.
Langkah keduapengkristenan ajaran Aristoteles dari dalam. Bagian-bagian yang bertentangan dengan spa yang dianggap Kristen bertentangan sebagai firman Aristoteles, tetapi diupayakan selaras dengan ajaran Kristen.
Langkah ketigaajaran Aristoteles yang telah dikristenkan dipakai untuk membuat sintesis yang lebih bercorak ilmiah (sintesis deduktif antara iman dan akal). Sistem barunya itu untuk menyusun Summa Theologise.
4.3. Skolastik Akhir
Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat yang menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi (kemandegan). Di antara tokoh-tokohnya adalah William Ockharn (1285 - 1349), Nicolas Cusasus (1401-1464).
4.3.1. William Ockham (1285 - 1349)
Ia merupakan ahli pikir Inggris yang beraliran skolastik. Karena terlibat dalam pertengkaran umum dengan Paus John XXII, ia dipenjara di Avignon, tetapi ia dapat melarikan diri dan mencari perlindunganpada Kaisar Louis IV.
Ia menolak ajaran Thomas dan mendalilkan bahwa kenyataan itu hanya terdapat pada benda-benda satu demi satu, dan hal-hal yang umum itu hanya tanda-tanda abstrak Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengeta­ hui barang-barang atau kejadian-kejadian individual. Konsep-konsep atau kesimpulan-kesimpulan umum tentang alam hanya merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yang demikian ini, dapat dilalui hanya lewat intuisi, bukan lewat logika. Di samping itu, ia membantah anggapan skolastik bahwa logika dapat membuktikan doktrin teologis. Hal ini akan membawa kesulitan dirinya yang pada waktu itu sebagai penguasanya Paus John XXII.
4.3.2. Nicolas Cusasus (1401 - 1464)
Ia sebagai tokoh pemikir yang berada paling akhir masa skolastik. Menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu lewat indra, akal, dan intuisi. Dengan indra kita akan mendapatkan penge­tahuan tentang benda-benda berjasad, yang sifatnya tidak sempurna. Dengan akal kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang abstrak berdasar pada sajian atau tangkapan indra. Dengan intuisi, kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi. Hanya dengan intuisi inilah kita akan dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat dipersatukan. Manusia seharusnya menyadari akan ke­terbatasan akal, sehingga banyak hal yang seharusnya dapat diketahui Karena keterbatasan akal tersebut, hanya sedikit saja yang dapat diketahui oleh akal. Dengan intuisi inilah diharapkan akan sampaipada kenyataan, yaitu suatu tempat di mana segala sesuatu bentuknya menjadi larut, yaitu Tuhan.
Pemikiran Nicolaus ini sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan, yang dibuat ke suatu sintesis yang lebihlugs. Sintesis ini mengarah ke masa depan, dari pemikirannya ini ter­sirat suatu pemikiran para humanis.
4.4. Skolastik Arab (Islam)
Dalam bukunya, Hasbullah Bakry menerangkan bahwa istilah skolastik Islam jarang dipakai di kalangan umat Islam. Istilah yang biasa dipakai adalah ilmu kalam atau filsafat Islam. Dalam pemba­hasan antara ilmu kalam dan filsafat Islam biasanya dipisahkan.[14]
Tokoh-tokoh yang termasuk para ahli pikir Islam (pemikir Arab atau Islam pada masa skolastik), yaitu Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Kindi, Ibnu Rusyd. Peranan para ahli pikir tersebut besar sekali, yaitu sebagai berikut.
a. Sampai pertengahan abad ke-12 orang-orang Barat belum per­nah mengenal filsafat Aristoteles sehingga yang dikenal hanya buku Logika Aristoteles.
b. Orang-orang Barat itu mengenal Aristoteles berkat tulisan dari para ahli pikir Islam, terutama dari Ibnu Rusyd[15]sehingga Ibnu Rusyd dikatakan sebagai guru terbesarPara ahli pikir Skolastik Latin.
c. Skolastik Islamlah yang membawakan perkembangan Skolastik Latin.
Tidak hanya dalam pemikiran filsafat saja, tetapi para ahli pikir Islam tersebut memberikan sumbangan yang tidak kecil bagi Eropa, yaitu dalam bidang ilmu pengetahuan. Para ahli pikir Islam sebagian menganggap bahwa filsafat Aristoteles benar, Plato dan Al-Qur’an benar, mereka mengadakan perpaduan dan sinkretisme antara agama dan filsafat. Pemikiran-pemikiran tersebut kemudian masuk ke Eropa yang merupakan sumbangan Islam paling besar.[16]
Dengan demikian, dalam pembahasan skolastik Islam terbagi menjadi dua periode, yaitu:
a. Periode Mutakallimin (700 - 900);
b. Periode Filsafat Islam (850 - 1200).
Banyak buku filsafat dan sejenisnya mengenai peranan para ahli pikir Islam atas kemajuan dan peradaban Barat sengaja disembunyikan karena mereka (Barat) tidak mengakui secara terus terang jasa para ahli pikir Islam itu dalam mengantarkan kemoderenan Barat.
5. Kesimpulan
- Filsafat barat abad pertengahan diawali filsafat Eropa (selama 5 abad), muncullah filsafat Eropa sebagai penjelmaan filsafat Yunani setelah berintegrasi dengan agama kristen sehingga membentuk suatu formulasi baru.
Ciri-ciri pemikiran filsafat barat abad Pertengahan adalah:
· cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja;
· berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles;
· berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.
- Masa Abad Pertengahan ini juga dapat dikatakan sebagai suatu masa yang penuh dengan upaya menggiring manusia ke dalam kehi­dupan/sistem kepercayaan yang picik dan fanatik, dengan menerima ajaran gereja secara membabi buta. Karena itu perkembangan ilmu pengetahuan terhambat. Masa ini penuh dengan dominasi gereja, yang tujuannya untuk membimbing umat ke arah hidup yang saleh. Namun, di sisi lain,dominasi gereja ini tanpa memikirkan martabat dan kebebasan manu­sia yang mempunyai perasaan, pikiran, keinginan, dan cita-cita untuk menentukan masa depannya sendiri.
- Masa Abad Pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu :
· Masa Patristik, masa para pemimpin gereja. Para pemimpin gereja ini dipilih dari golongan atas atau golongan ahli pikir, tokoh-tokoh masa ini, antara lain :
Justinus Martir, Irenaeus, Klemens, Origenes, Gregorius Nissa, Tertullianus, Diosios Arepagos, Au-relius Augustinus
· Masa Skolastik (sekolahaliran atau yang berkait­an dengan sekolah)
- Masa Skolastik Awal (800-1200 M);
Ditan­dai dengan banyaknya upaya pengem­bangan ilmu pengetahuan di sekolah-sekolah,Kurikulum pengajarannya meliputi studi duniawi atau arses liberales, meliputi tata bahasa, retorika, dialektika (Seni berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan, dan musik. Tokoh-tokoh : Aquinas (735-805), Johannes Scoter Eriugena (815 - 870), Peter Lombard (1100 - 1160), John Salis­bury (1115 - 1180), Peter Abaelardus (1079 - 1180).
- Skolastik Puncak (1200-1300 M);
Ditandai dengan munculnya universitas-universitas dan ordo-ordo, yang secara bersama-sama ikut menyelenggarakan atau memajukan ilmu pengetahuan, juga peranan universitas sebagai sumber/pusat ilmu dan kebudayaan. Tokoh-tokoh : Albertus deGrote, Thomas Aquinas, Binaventura, J.D. Scotus, William Ocham.
- Skolastik Akhir, (1300-1450 M).
Ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat yang menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi (kemandegan). Di antara tokoh-tokohnya adalah William Ockharn (1285 - 1349), Nicolas Cusasus (1401-1464).
- Skolastik Arab (Islam), sejak abad ke-12 (Skolastik Puncak)
Skolastik Islam (Arab) jarang dipakai di kalangan umat Islam. Istilah yang biasa dipakai adalah ilmu kalam atau filsafat Islam. Tokoh-tokoh : Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Kindi, Ibnu Rusyd.
6. Daftar Pustaka
- Achmadi, Asmoro, Filsafat IslamPT. Raja Grafindo Persada. Jakarta, 2005.
- Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. UI Press. Jakarta, 2002



[1] Roma, ibukota Italia, terletak di Italia Tengah di dekat Pantai Barat, di kedua belchtepi sungai Tiber, tempat kedudukan Paus yang berdiam di kota Vatikan. Menurut perjanjian Lateran (perjanjian Tahta Suci dengan pemerintah Italia tahun 1929) kotaVatikan adalah wilayah berdaulat. Vatikan disebut "kota abad? karma untuk suatu masa yang panjang merupakan suatu pusat kebudayaan, kesenian dan keagamaan. Juga disebut "kota sud". Menurut dongengnya, kota Roma didirikan oleh Romulus (753 SM). Roma terns me­naik kemasyhurannya pada akhir abad ketiga sebelum Masehi. Pertengahan awal abad I Masehi adalah awal masa keemasan kebudayaan Romawi dan awal zaman kekaisaran. Roma pada masa abad pertengahan (abad ke-5 hingga ke-14 Masehi), dengan lenyap­nya Kekaisaran Romawi, melahirkan lembaga baru: kepausan. Paus pertama adalah Gregorius (590 - 604) yang menjadikan Roma sebuahkota penting sebagai pusat dunia Kristen.
[2] Pringgodigdo. (Ed). Ensiklopedia Umum. Yogyakarta : Kanisius, 1972 h1m. 953
[3] Poedjawijatna, Pembimbing ke Alam FilsafatJakarta : PT. Pembangunan, 1966h1m. 80
[4] Epping, et.al., Filsafat ENSIE, Jemmars, Bandung, 1983, Hlm. 126
[5] Ibid., hlm. 128
[6] Loc. Cit.,
[7] Roma dirampok oleh Kaum Visigot di bawah Alarik I (tahun 410) sehingga kota tersebut kehilangan artinya dan menderita dalam perang terhadap orang-orang Germania dan Bynzantium (Kekaisaran Romawi lenyap).
[8] Ia menyerbu Italia untuk membantu Paus (tahun 800) – Paus Leo III dinobatkan sebagai Kaisar di Roma.
[9] Samuel Smith, Gagasan-gagasan Besar Tokoh-tokoh dalam Bidang Pendidikan, Bumi Aksara, jakarta, 1986, hlm. 79
[10] Karya-karya Albertus Magnus yang terbit pada tahun 1951 di Lyon terdiri atas 21 jilid. Sebuah diantaranya adalah komentarnya terhadap Aristoteles, sehingga ia dianggap sebagai pelopor yang membawa filsafat Aristoteles ke dalam agama Kristen Katolik. Albertus Magnus menyebut Aristoteles sebagai orang yang sempurna (the perfect). Moralnya berdasarkan pada tiga hal : kesatuan, cinta dan harapan.
[11] Smith, op.cit., hlm. 82
[12] Julukan Santo Thomas yang terkenal adalah "Lembu Jantan Bisu", artinya ialambat dalam tingkah lakunya dan gagah. Namun, ia merupakan mahaguru yang pandai, tajam pikirannya. Sebutan-sebutan: Thomisme baru, Neo Thomisme, Neo-Skolastisisme dipakai untuk aliran filsafat dalam abad kedua puluh. Lihat Pringgodigdo (Ed.), op. cit., h1m. 1106.
[13] Smith, op. cit., h1m. 86.
[14] Hasbullah Bakry, Disekitar Filsafat Skolastik Islam. Solo : AB Sitti Syamsiyah.., him. 9
[15] Ibnu Rusyd (Muhammad Ibnu Rusyd) dalam filsafat Barat dikenal dengan namaAverroes. Lahir tahun 1126 di Cordova. Di samping sebagai ahli pikig ia juga ahli hu­kum dan ilmu kedokteran. Hanya karena Ibnu Rusydlah Universitas Cordova semakin terkenal. la meninggal di pengasingan (Maroko) tahun 1198. Ia telah banyak sekali memberikan tulisannya tentang ajaran Aristoteles. Dibandingkan dengan Ibnu Sina, ia lebih besar pengaruhnya terhadap Skolastik Latin. Lihat Epping, et. al., op. cit.,h1m. 160
[16] Muslim Ishak, Tokoh-tokoh Filsafat Islam dari Barat (Spanyol).Surabaya : Bina Ilmu.

Comments